MAMUJU – Kabupaten Mamuju kembali mengalami inflasi year on year (yoy) atau tahun ke tahun sebesar 2,27 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 114,65.
Mamuju menempati posisi urutan kedua terendah dari 90 Kota IHK.
Badan Pusat Statistik (BPS) Sulbar mencatat inflasi (Yoy) tertinggi terjadi di Timika sebesar 6,04 persen dengan IHK 117,74.
Sementara, inflasi terendah terjadi di Kota Pangkal Pinang sebesar 1,93 persen dengan IHK sebesar 114,16.
Kepala BPS Sulbar Tina Wahyufitri mengatakan,inflasi di Kota Mamuju terjadi karena kenaikan harga sebagian besar kelompok pengeluaran.
Seperti kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 3,24 persen, kelompok perumahan,air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 1,89 persen.
Kemudian,kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemiliharaan rutin rumah tangga sebesar 6,83 persen.
Kelompok kesehatan sebesar 4,82 persen, kelompok transportasi sebesar 14,05 persen, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 3,52 persen.
Selanjutnya,kelompok pendidikan sebesar 0,62 persen dan kelompok penyediaan makanan,minuman restoran sebesar 4,41 persen.
Untuk kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 6,92 persen.
Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks yaitu kelompok makanan minuman, dan tembakau sebesar 1,88 persen.
Kemudian kelompok informasi komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 1,66 persen.
Sedangkan, untuk inflasi dari bulan ke bulan atau month to month (mtm) Mamuju mengalami inflasi 0,01 persen.
Hal itu dipicu beberapa harga komoditas utamanya bawang merah dan telur ayam ras.
“Untuk bawang merah memang karena kurangnya stok di pasar dan telur ayam ras adanya lonjakan harga di level produsen,” kata Tina kepada wartawan, Senin (5/6/2023).
Namun kata dia,kenaikan harga komoditas itu diredam oleh penurunan harga komoditas cabai merah, cabai rawit, dan ikan bandeng.
“Sehingga inflasi yang kami catat itu masih terkendali,” ujarnya.(*)